Rabu, 06 April 2011

HAPPY RELIGION

agan harahap

Banyaknya ‘peristiwa-peristiwa keagamaan’ yang terjadi di Indonesia ( tragedi Ahmadiyah, penutupan paksa gereja, fenomena FPI, kerusuhan Ambon, Poso dsb), bagi saya adalah dampak dimana agama, pada era modern seperti sekarang, disikapi dengan terlalu ‘text book’, berat, kaku dan berlebihan sehingga terjadilah berbagai gesekan dan ketegangan dalam kehidupan beragama di Indonesia. Belum lagi masalah keterbatasan sarana informasi dan paham ‘ke-dulu-an’ yang mengakar kuat, menambah pelik permasalahn beragama yang terjadi di negara ini.

Sebaliknya, di negara-negara maju, agama tidak lagi ditempatkan di atas segala-galanya. Agama tidak lagi menjadi suatu bentukan kaku yang sakral. Agama sudah ‘bertransformasi’ dan ‘diaplikasikan’ kedalam banyak ragam bentuk dan rupanya dalam kehidupan humanis sehari-hari. Sebagai contoh, kita bisa melihat berbagai produk Hollywood yang menggunakan agama sebagai komoditas dengan berbagai cara demi mengeruk keuntungan. Mulai dari The Passion Of The Christ besutan Mel Gibson yang menyayat-nyayat, The Davinci Code yang fenomenal sehingga mempertanyakan keabsahan Yesus sebagai yang di-tuhan-kan, sampai Bruce Almighty, dengan Morgan Freeman yang berperan sebagai tuhan dan aksi parody Jim Carey yang sukses membuat saya terbahak-bahak dsb.

Saya tidak berkata bahwa ‘sistem keagamaan’ di negara-negara maju itu adalah yang benar dan negara-negara ‘kaku’ seperti Indonesia adalah salah. Akan tetapi, menurut hemat saya, adalah sangat wajar apabila kita memandang agama sebagai ‘bentuk yang lebih manusiawi’.

Berdasarkan perenungan saya di atas, maka tercipta lah karya “Happy Religion” ini.



Bentuk asli wajah Kristus telah jadi perdebatan dari masa ke masa sampai saat ini. Kain kafan dari Turin (yang diyakini sebagai kafan penutup ‘jenazah’ Yesus setelah peristiwa penyaliban), secara ‘ajaib’ telah menggambarkan citra imaji Yesus seperti yang sekarang kita kenal dengan rambut gondrong dan wajah yang berjanggut. Begitu banyak perdebatan, teori serta percobaan-percobaan ilmiah yang telah dilakukan untuk membuktikan keabsahan dari imaji Yesus yang terbentuk pada kain Turin tersebut.

Karya ini merupakan aksi unjuk sikap saya sebagai orang yang menganut agama (Kristen) dengan ‘santai dan humanis’. Saya tidak lagi mempermasalahkan asal-usul dan bentuk rupa Yesus sebagai sesuatu yang sakral. Apakah benar wajah Yesus itu berjanggut dan berambut panjang, atau berkulit hitam dan berambut kribo, atau bahkan mungkin botak,kelimis dan bermata sipit. Bagi saya, alangkah jauh lebih elok apabila saya belajar untuk mengimani agama saya secara personal dan belajar untuk hidup rukun dengan sesama ketimbang mempermasalahkan ‘hal-hal kecil’ yang bisa berakibat fatal bagi kadar keimanan saya dan hubungannya dengan khalayak.

Melalui karya-karya Caravaggio yang didominasi tema-tema keagamaan ( Kristen), serta gaya yang amat ‘fotografis’, membuat saya dengan latar belakang sebagai fotografer dan digital imaging, ‘menemukan kesesuaian’ secara teknis untuk ‘meminjam’ karyanya dan mengaplikasikannya kedalam serial Happy Religion ini.

Menurut saya, ketika tiap-tiap individu bisa memandang agama sebagai suatu bentuk yang ‘humanis dan cair’, saya yakin ketegangan-ketegangan dan gesekan-gesekan yang mengakibatkan perpecahan dan diskrimanasi atas nama agama tidak akan terjadi lagi di kehidupan-kehidupan mendatang.


Agan Harahap