Jumat, 22 Mei 2015

REALITA FOTOGRAFI HARI INI



Seniman fotografi asal Amerika Serikat, Richard Prince, sekali lagi mengulangi tindakan 'fotografis-nya' dengan mengcapture dan memamerkan 38 karya foto selfie para pengguna instagram di Gaogasian Gallery,  New York. Yang menghebohkan adalah Richard Prince sama sekali tidak meminta izin atau persetujuan apapun dari sang pemilik foto-foto yang 'dicurinya' itu. Yang lebih menakjubkan lagi adalah, karya tersebut terjual dengan harga US $ 100.000 tanpa sepeserpun uang yang jatuh ke tangan sang pengunggah foto tersebut. Perilaku fotografi yang kontroversial ini tentu saja langsung menuai berbagai kecaman dari berbagai lapisan masyarakat.


Tak bisa dipungkiri, Perkembangan teknologi digital tanpa disadari telah turut andil dalam membentuk perilaku masyarakat penggunanya. Begitu banyak nilai-nilai (yang dianggap) luhur, yang ditanamkan oleh para pendahulu kita, kini telah berubah, bergeser atau bahkan hilang sama sekali. Begitupun halnya dengan fotografi. Fotografi bukanlah lagi sebuah benda dan kegiatan 'tersier' seperti dulu. Fotografer pun bukan lagi menjadi 'profesi agung serta mulia'. Semua bisa memotret dan fotografi sudah menjadi hal yang biasa dalam keseharian kita. Dengan hadirnya teknologi kamera smart phone, semua orang bisa menjadi fotografer dan berhak untuk memamerkannya di ruang-ruang pamer yang tersedia di berbagai media sosial dengan segala bentuk konsekuensinya.

Namun, perkembangan teknologi digital dan sosial media yang semakin hari semakin ajaib ini terkadang tidak seiring sejalan dengan nalar, mentalitas serta toleransi para penggunanya. Akibatnya, terjadi berbagai polemik sosial yang tidak bisa dihindari oleh kita, para pengguna teknologi digital itu sendiri. 
Saya teringat tentang kontroversi ceramah Rhoma Irama ketika pilgub DKI beberapa tahun yang lalu, yang menyebutkan bahwa ibunda dari Joko Widodo beragama Kristen. Setelah di konfirmasi di sebuah tayangan tv swasta, dengan 'lugu-nya' Bang Rhoma berkata bahwa informasi sesat yang beliau sebarkan diambil dari internet yang kadar kebenarannya sangat mungkin dipertanyakan. Dan masih banyak lagi  polemik-polemik sosial yang muncul justru karena 'keluguan' kita dalam menalar serta menyebarkan sebuah foto atau berita. 

Richard Prince secara sadar telah meng-capture, memamerkan dan bahkan menjual pose-pose selfie yang diunggah di media sosial Instagram tanpa seizin pemilik foto-foto tersebut... Eh.. Sebentar.. Pemilik? Siapa sebenarnya pemilik foto-foto selfie itu? Bukankah foto-foto itu dapat dengan mudah diakses siapa saja? Bukankah Richard Prince sendiri yang mengcapture foto-foto itu dari ponsel pribadinya? 

Dalam bentuk yang lugas dan banal, sekali lagi nalar dan toleransi kita dihadapkan dengan realita fotografi dalam media sosial hari ini. 


Agan Harahap.