Jumat, 10 Juli 2015

BitterSweet : Manny Pacquiao @ Cemeti Art House



Sudah dari beberapa hari kemarin, kedatangan Manny Pacquiao ke Indonesia ramai dibicarakan oleh berbagai media. Adapun tujuan utama Pacman ke Indonesia adalah dalam rangka syuting sebuah produk jamu kesehatan dan sekaligus juga demi menepati janjinya untuk memberi dukungan moral secara langsung terhadap terpidana mati kasus narkoba, Mary Jane Veloso.
Sebagai salah seorang penggemar,  hati saya pun cukup berbunga-bunga perihal kedatangannya ke Yogyakarta. Namun saya tidak pernah bermimpi untuk bisa bertemu atau sekedar berfoto bersama dan dipamerkan kepada handai taulan dan saudara. Sebab, mau bagaimanapun juga jujurnya foto saya, pasti tetap akan dibilang bahwa itu adalah hasil rekayasa. Yah, mungkin memang sudah beginilah nasib saya. Jujur salah, bohong malah lebih salah. 

Siang itu saya jalani seperti biasa. Seusai bermain dengan Merdu, saya lantas terlarut dengan acara dialog tentang psikologi anak di TVRI. Karena tayangan itu begitu menarik, maka beberapa sms dan whatsapp yang masuk saya acuhkan. Iphone yang biasanya selalu berada dalam genggaman, kali ini saya letakkan begitu saja di lantai karena memang sedang di cas. 
Satu jam berlalu dan acara dialog itu pun usai. Anak saya yang baru berusia 1,5 tahun itupun nampak rewel ingin digendong. Mungkin karena dia tidak suka tontonan bapaknya. Memang sudah menjadi kebiasaannya untuk menonton Disney Junior atau Baby First sebelum dia tidur siang. Tapi apa boleh buat, karena tv berlangganan itu belum dibayar, jadilah kami sekeluarga hanya bisa menikmati TVRI saja. Menjelang lewat tengah hari, Merdupun tertidur di dalam gendongan saya. Seusai menaruhnya di tempat tidur, saya pun kembali ke ruang tv untuk membaca pesan-pesan yang masuk sejak tadi ke iphone saya. 

Salah satu pesan whatsapp berbunyi : " Agan, kamu bisa ke Cemeti sekarang? Penting!" Pesan tersebut dikirim oleh Agni, seorang staff galeri Cemeti sekitar satu jam yang lalu. Adapun pada tanggal 2 kemarin, saya baru mengikuti pameran bersama yang berjudul BitterSweet yang diikuti oleh 12 perupa dari Jakarta, Bandung dan Yogya. Dan kebetulan, dalam pameran itu saya menyertakan serial saya yang berjudul Juara Dunia Dari Indonesia. Yang menggambarkan pertandingan tinju antara Chris John melawan Manny Pacquiao. Sambil menyalakan puntung Djarum Super yang baru dibakar setengah, saya pun menanyakan ada apa kepada Agni. Mungkin saja ada kurator atau kolektor yang meminta untuk bertemu dengan seniman, ujar saya dalam hati. Tapi Agni tidak membalas whatsapp saya. 

Sejurus kemudian saya pun larut dalam berbagai berita di Twitter dan Path seraya menikmati puntung rokok itu dengan seksama. Maklum saja udara siang yang panas membuat saya agak malas untuk ke warung. 'Ting!' Agni pun membalas whatsapp saya dengan pesan gambar yang jelas membuat saya terkesirap. Di foto itu terlihat Manny Pacquiao yang sedang berpose di depan karya saya yang sedang dipamerkan. Sontak saya pun menelpon Agni untuk menanyakan apakah saya masih sempat untuk menyusul idola saya itu ke Cemeti. 

Namun mujur tak dapat diraih, malang pun tak dapat ditolak. Manny Pacquiao sudah beranjak dari galeri karena memang jadwal acaranya yang cukup padat. Menurut Agni, Pacquiao hanya kebetulan singgah karena ingin mencicipi makan khas Yogyakarta di sebuah restoran di daerah Tirtodipuran yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Cemeti. Kebetulan juga managemen hotel T yang memfasilitasi semua kebutuhan akomodasi dan transpotasi Pacman memang sudah menjalin kerjasama dengan galeri Cemeti dalam mempromosikan seni-seni terbaru tanah air. Maka atas alasan itu pulalah mereka sekalian lewat dan berkunjung.

Walau memang Manny sudah tidak berada di galeri Cemeti, namun dengan sejuta penyesalan di dalam dada, saya memutuskan juga untuk pergi kesana. Beberapa staff galeri masih terlihat antusias akibat kedatangan 'tamu agung' itu. Mereka sibuk memposting hasil selfie mereka dengan superstar yang terkenal ramah itu di berbagai jejaring sosial. Rasa kecewa yang bercampur dengan sesal membuat saya tidak bisa berlama-lama di tempat itu. Dengan langkah gontai sayapun menuju angkringan terdekat untuk membeli rokok ketengan. 


Yogyakarta, 10 Juli 2015