Minggu, 18 Oktober 2015

(Album Kenangan) Leonardo Dicaprio Dan Falsafah Tahu Gejrot


Masa remaja Leonardo Dicaprio di Tanah Pasundan


Dalam usianya yang masih sangat belia, Leonardo Dicaprio harus menerima kenyataan pahit akan perceraian orang tuanya. Namun tidak banyak diketahui publik, bahwa ketika kedua orang tuanya sedang sibuk mengurus harta gono-gini mereka, dan demi menghindari dampak buruk pada psikologi anak mereka, maka Leonardo Dicaprio terpaksa 'diungsikan' selama beberapa waktu ke rumah salah satu kerabat keluarganya di pinggiran kota Bandung, Jawa Barat.

Berikut adalah petikan pembicaraan singkat saya dengan Leonardo Dicaprio melalui Skype perihal masa 'pengasingannya' di Bandung dulu. Saya cukup terhenyak ketika di tengah perbincangan, samar-samar saya mendengar lagu "Mawar Bodas'  yang diputar di itunesnya.

AH : " Hi Leo, What are you listening man ? "
LD  : " Oh.. I don't know man. My Itunes randomly playing this music"
AH  : " Do you know Darso? Legendary musician from West Java ? "
LD  : " Dare..So..? No.. I don't know him. Is he famous ?"

Entah mengapa saya mendapatkan kesan bahwa Leo, yang sekarang menjadi salah satu selebriti dunia dengan bayaran termahal, sedang mencoba menutup-nutupi kegemarannya akan musik-musik Sunda. Namun berkat ilmu interogasi yang saya pelajari sewaktu masih aktif di Resimen Mahasiswa, sedikit demi sedikit saya bisa mengorek keterangan perihal masa lalunya di Tanah Pasundan.


Tidak banyak yang bisa diingat oleh pemeran Jack Dawson dalam film Titanic itu tentang Indonesia karena waktu kunjungannya yang terbilang singkat. Masa-masa awal kedatanganya di kota kembang dihabiskan dengan menangis seorang diri di dalam kamar. Kerinduannya akan sosok ibu yang sedang mengurus perceraiannya di Amerika Serikat tak pelak membuatnya depresi. "I don't have an appetite, I Can't sleep well and oh.. I can't stop thinking about her.. " (Makan ku tak enak, tidur ku pun tiada nyenyak, selalu teringat oh diri mu..)

Leo yang sedang berbincang dengan saya melalui Skype
Merasa bosan akibat terus menerus bermuram durja di dalam kamar, Leo memutuskan untuk keluar sekedar mencari udara segar dan mulai bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Dalam keadaan serba tak menentu akibat perceraian orang tuanya, tiba-tiba ia melihat seorang penjual tahu gejrot dan segera menghampirinya.
"Aa, meser siji A. Cengek na nu loba nya..' ujarnya kepada mamang tahu gejrot itu dengan bahasa Sunda yang terbata-bata bercampur logat Inggris yang kental.  "Yeah bro.. I do learn some Sundanese but its a long time ago.." Ujarnya berkilah.

"In that time, I feel there's some connection between me and tahu gejrot, bro..."
 
Menurut pengakuannya, setelah membayar dan memasukkan tahu gejrot itu kedalam mulutnya, seketika itu juga, seperti mendapatkan wahyu llahi, ia seolah menemukan jawaban dari segala problematikanya dalam tahu gejrot. "In that time, I feel there's some connection between me and tahu gejrot bro..." Dengan sedikit berfalsafah Leo menerangkan bahwa saat itu ia merasa ada kesamaan nasib antara dirinya dan tahu gejrot yang hanya bisa pasrah dipotong-potong dan diberi kuah pedas. "The spicy taste in the tahu gejrot is the representation of my feeling. I feel like mashed tofu, bro.." (Aku tak ubahnya seperti tahu gejrot, mas).

Keputusan untuk menjadikan tahu gejrot sebagai pelarian justru memberi dampak buruk pada kesehatannya. Alih-alih merasa senang dan terhibur, Leo malah terserang diare akut sehingga membuatnya terpaksa dirawat selama beberapa hari di RS Hassan Sadikin. Namun suasana rumah sakit yang kusam dan sepi malah membuatnya semakin merasa depresi. Sehingga dalam sebuah kesempatan, Leo memutuskan untuk lari diri dari rumah sakit itu.

"I had to run far far away from the hospital until I saw a boat on the side of the road, and suddenly I was hit by a green car. And before I passed out, I remember someone yelling about coconut .." Entah karena bahasa Inggris saya yang jelek,ditambah lagi dengan koneksi Speedy di rumah saya yang kurang baik sehingga saya tidak dapat menangkap jelas arti dari cerita-cerita surealisnya yang penuh dengan bahasa kiasan. Istri saya yang asli Bandung dan kebetulan juga mendengarkan percakapan kami, mencoba mengartikan kata-kata absurdnya tadi. Istri saya berpendapat, bahwa saat itu Leonardo lari tidak begitu jauh dari RSHS sampai Perahu Jeans, Cihampelas. Dan tertabrak oleh angkot Kalapa -Ledeng. Saya mencoba mengkonfirmasikan penjelasan istri saya kepadanya. Namun Leo sudah tidak nampak lagi di layar.

AH : " Is that true Bro? That you hit by the angkot Kalapa -Ledeng? " Leo? Are You Still there? Hello.?? "

Tidak ada jawaban sama sekali dari Leonardo Dicaprio. Sosoknya menghilang dari layar skype. Entah mungkin ada kesibukan mendadak atau menghindar karena merasa malu akan masa lalunya. Sebelum memutuskan sambungan skype, sayup-sayup saya masih mendengarkan lantunan lagu-lagu Sunda yang diputar di itunesnya.

  
Is is ulah kitu is is.. Ulah bendu is is.. Ulah belikan..